30 Januari 2013

BREAKING NEWS! Pembantaian Keji Terbaru Rezim Assad di Kota Allepo, Syria.

Lebih dari 68 Jenazah Syahid Ditemukan di Pinggiran Sungai, Kebanyakan Pemuda dan Remaja [f/v]

Lihat Foto dan Video Selengkapnya: 


Di semua negeri, sungai-sungai meluap ketika salju mencair dan hujan. Tetapi di Suriah, sungai meluap karena banyak darah para syuhada sebagai korban kebiadaban rezim despotik Assad. Lebih dari 68 jenazah ditemukan dalam pembantaian terbaru yang mengerikan di kota Allepo, Suriah, Selasa, 29/01/2013.

Tanpa keberadaan Khilafah sebagai perisai umat, lagi-lagi di tengah-tengah sekaratnya, rezim keji Assad dengan leluasa membantai kaum Muslim. Setidaknya 65 orang, kata aktivis, mereka semua ditembak di kepala, ditemukan tewas dengan tangan terikat di sebuah distrik Kota Allepo.

Menurut sebagian pemantau mengatakan angka kematian bisa meningkat hingga 80 orang. Para aktivis revolusi mengirimkan sebuah video di mana setidaknya 51 tubuh laki-laki berlumpur di sepanjang sungai yang disebut Sungai Queiq di kawasan Bustan al-Qasr, Allepo.

Tubuh-tubuh jenazah yang ditemukan semuanya memiliki luka tembak di kepala mereka, dan tangan mereka terikat. Darah merembes dari kepala mereka yang kebanyakan berusia pemuda, mungkin juga remaja, dan mengenakan celana jeans, kameja, dan sepatu kets.

Sungai Queiq mengalir mulai dari Turki dan melalui distrik Allepo sebelum mencapai Bustan Al-Qasr.
"Mereka dibunuh hanya karena mereka adalah Muslim," kata seorang pria berjanggut dalam video lain yang telah merekam penemuan jenazah tersebut di pusat Bustan Al-Qasr setelah mayat-mayat diangkut dari sungai. Sebuah truk pickup dengan tumpukan mayat diparkir di belakangnya.

Teriakan kalimah dzikir "laa ilaaha illallah" (tidak ada tuhan selain Allah) dan takbir "Allahu Akbar" (Allahu Maha Besar) berulangkali digemakan oleh kerumunan massa di pusat kota saat jenazah telah dikumpulkan di pusat kota. Massa juga meneriakkan yel-yel revolusi "labaik, labaika ya Allah" (di sini aku memenuhi panggilan-Mu ya Allah).

Seorang kapten Tentara Pembebasan Suriah mengatakan bahwa mereka yang dibunuh itu hanyalah remaja. Ia mengatakan bahwa banyak mayat yang masih berada di dalam air dan jumlah korban tewas mungkin meningkat hingga 100 orang.

Orang-orang berkumpul untuk melihat apakah mereka menemukan kerabat mereka yang hilang. "Saudara saya menghilang pekan lalu saat dia berada di persimpangan yang dikuasai rezim, dan tidak tahu di mana dia atau yag terjadi padanya," kata Mohammad Abdul Aziz.

Para aktivis mengatakan korban tewas setelah ditangkap oleh pasukan setia Bashar Al-Assad. Distrik Bustan Al-Qasr telah diperebutkan sejak pertempuran pecah di Allepo Juli lalu. Sejak Juli, kota ini telah kurang lebih dibagi rata antara pasukan pemerintah dan para pejuang revolusi.

Pembantaian ini terjadi di tengah-tengah berbagai konferensi dan upaya tipu daya para antek-antek penjajah untuk menghalangi penerapan Islam sebagai cita-cita revolusi yang digelorakan secara damai oleh warga Syam. Seperti disampaikan olehAmir Hizbut Tahrir al-'Alim al-Jalil 'Atha' bin Khalil Abu ar-Rasytah –hafizhahullah- kepada warga di Syam dan orang-orang revolusioner beberapa hari lalu, ditegaskan bahwa "Manusia-manusia terjahat dari para penjajah, antek-antek dan para kaki tangan telah berkumpul … Mereka mengumpulkan tipu daya dan konspirasi untuk menghalangi penerapan Islam untuk memutuskan perkara di Syam."

"Mereka menghimpun tipu daya dan konspirasi untuk mempertahankan pemerintahan republik sekuler agar tetap stabil di sana dengan disertai perubahan wajah dan sesuatu penurunan tekanan untuk memperlihatkan kepada masyarakat bahwa realita telah berubah! Anda hari ini melihat dan mendengar bahwa Amerika, sekutu dan antek-anteknya telah meghimpun kejahatan melawan Anda dari dua pihak: kejahatan-kejahatan Bashar diktator yang membinasakan manusia, bebatuan dan pepohonan. Ini dari satu sisi. Kemudian berbagai pertemuan berturut-turut di Istanbul, Kairo, dan Paris dari sisi yang lain. Hal itu untuk membentuk pemerintahan transisi agar menjalankan sistem republik sekuler sipil demokratis seperti yang mereka serukan."

Demikianlah, setiap saat geng-geng keji Assad terus menerus membunuhi kaum Muslim tak bersenjata. Di tengah-tengah ajalnya yang kian dekat, rezim Assad benar-benar telah kehilangan akal pikirannya mereka dengan membanjirkan darah siapa pun dari kaum Muslim tak bersenjata yang berdiri dihadapannya untuk melawan segala bentuk kezalimannya beserta sistem kufurnya.

Namun, berbagai upaya untuk menakuti warga dengan pembantaian demi pembantaian tidak menyurutkan perjuangan warga yang terus berdiri di hadapan Assad dengan menegaskan "tidak akan pernah ruku selain kepada Allah!" hingga tuntutan mereka menggantikan rezim dengan penegakkan Islam dan penegakkan Khilafah. Apa yang terjadi di bumi Syam sebagai pusat negeri kaum Muslim ini mengingatkan kita semua kepada Rasulullah Saw tercinta yang telah bersabda:

"Saat ini akan tiba masa berperang, akan senantiasa ada segolongan dari umatku yang menampakkan (kebenaran) di hadapan manusia, Allah mengangkat hati-hati suatu kaum, mereka akan memeranginya dan Allah Azza wa Jalla menganugerahkan kepada mereka (kemenangan), dan mereka tetap dalam keadaan demikian, ketahuilah bahwa pusat negeri kaum mukminin itu berada di Syam, dan ikatan tali itu tertambat di punuk kebaikan hingga datangnya hari kiamat." (HR Ahmad : IV/104; an-Nasa`i : VI/214-215; Ibnu Hibban : 1617-Mawarid; al-Bazzar dalam Kasyful Astaar : 1419; dari jalan al-Walid bin Abdurrahman al-Jarsyi dari Jabir bin Nufair).[m/reuters/bbc/














Panji Islam : Simbol yang ditinggalkan Rasulullah saw untuk mempersatukan Umat Muslim Dunia


-----------------------------------------------------------------
Apakah anda tahu bahwa Islam memiliki bendera yang khas? Ya, Islam merupakan dien yang lengkap yang mengatur segala aspek hidup salah satunya dalam masalah tata negara, termasuk pengaturan bendera. Bendera Islam telah dicontohkan oleh Rasulullah Saw.
Bendera Rasulullah terdiri dari:

1. Al-liwa (bendera putih)
2. Ar-rayah (panji hitam)

Di dalam bahasa Arab, bendera dinamai dengan liwa (jamaknya adalah alwiyah). Sedangkan panji-panji perang dinamakan dengan rayah. Disebut juga dengan al-'alam (1). Rayah adalah panji-panji yang diserahkan kepada pemimpin peperangan, dimana seluruh pasukan berperang di bawah naungannya. Sedangkan liwa adalah bendera yang menunjukan posisi pemimpin pasukan, dan ia akan dibawa mengikuti posisi pemimpin pasukan.

Liwa adalah al-'alam (bendera) yang berukuran besar. Jadi, liwa adalah bendera Negara. Sedangkan rayah berbeda dengan al-'alam. Rayah adalah bendera yang berukuran lebih kecil, yang diserahkan oleh khalifah atau wakilnya kepada pemimpin perang, serta komandan-komandan pasukan Islam lainnya. Rayah merupakan tanda yang menunjukan bahwa orang yang membawanya adalah pemimpin perang (2).

Liwa, (bendera negara) berwarna putih, sedangkan rayah (panji-panji perang) berwarna hitam. Banyak riwayat (hadist) warna liwa dan rayah, diantaranya :

Rayahnya (panji peperangan) Rasul SAW berwarna hitam, sedang benderanya (liwa-nya) berwarna putih (HR. Thabrani, Hakim, dan Ibnu Majah)

Meskipun terdapat juga hadist-hadist lain yang menggambarkan warna-warna lain untuk liwa (bendera) dan rayah (panji-panji perang), akan tetapi sebagian besar ahli hadits meriwayatkan warna liwa dengan warna putih, dan rayah dengan warna hitam.

Tidak terdapat keterangan (teks nash) yang menjelaskan ukuran bendera dan panji-panji Islam di masa Rasulullah SAW, tetapi terdapat keterangan tentang bentuknya, yaitu persegi empat. Panji Rasulullah saw berwarna hitam, berbentuk segi empat dan terbuat dari kain wol (HR. Tirmidzi)

Al-Kittani (3) mengetengahkan sebuah hadist yang menyebutkan :
Rasulullah saw telah menyerahkan kepada Ali sebuah panji berwarna putih, yang ukurannya sehasta kali sehasta.

Pada liwa (bendera) dan rayah (panji-panji perang) terdapat tulisan Laa illaaha illa Allah, Muhammad Rasulullah. Pada liwa yang berwarna dasar putih, tulisan itu berwarna hitam. Sedangkan pada rayah yang berwarna dasar hitam, tulisannya berwarna putih. Hal ini dijelaskan oleh Al-Kittani (4), yang berkata bahwa hadist-hadist tersebut (yang menjelaskan tentang tulisan pada liwa dan rayah) terdapat di dalam Musnad Imam Ahmad dan Tirmidzi, melalui jalur Ibnu Abbas. Imam Thabrani meriwayatkannya melalui jalur Buraidah al-Aslami, sedangkan Ibnu 'Adi melalui jalur Abu Hurairah.

Begitu juga Hadist-hadist yang menunjukan adanya lafadz Laa illaaha illa Allah, Muhammad Rasulullah , pada bendera dan panji-panji perang, terdapat pada kitab Fathul Bari (5).

Berdasarkan paparan tersebut diatas, bendera Islam (liwa) di masa Rasulullah saw adalah berwarna putih, berbentuk segi empat dan di dalamnya terdapat tulisan Laa illaaha illa Allah, Muhammad Rasulullah dengan warna hitam. Dan panji-panji perang (rayah) di masa Rasulullah saw berwarna dasar hitam, berbentuk persegi empat, dengan tulisan di dalamnya Laa illaaha illa Allah, Muhammad Rasulullah berwarna putih.
Bendera inilah yang insyallah akan membebaskan negeri negeri Islam dari penjajahan AS di Iraq, Afghanistan, dll serta membebaskan negeri-negeri muslim dari kedzaliman dan penderitaan, di Palestina, Suriah, Mesir, Libia, Lebanon, Rohingnya, India, Mali, Indonesia, Arab Saudi, Turki, Uzbekistan, dll. Dan bendera inilah kelak yang akan mempersatukan Ummat Muslim Dunia dimanapun kalian berada dalam institusi Negara Khilafah. Serta akan menjadi bendera Negara Khilafah yang di Janjikan oleh Rasulullah, Insya Allah, Allahuakbar!!














23 Januari 2013

Rasulullah: Tiada Tolok Bandingnya

Dalam keseronokan sebahagian besar dari umat Islam yang sibuk dengan urusan dunianya, mungkin ada yang tidak perasan atau mungkin tidak mengambil cakna tentang satu peristiwa penting bagi umat Islam. Tarikh kelahiran kekasih Allah dan junjungan mulia kita, Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi wa Sallam, iaitu 12 Rabiulawal pada setiap tahun hijrah. Kalau dulu manusia hidup dalam masyarakat jahiliyyah yang tidak beriman pada Allah, hari ini pula umat Islam sendiri hidup dalam masyarakat jahiliyyah kerana Islam hanya dipraktikkan dalam amalan individu dan yang berunsur ibadah sahaja. Persoalannya, adakah Islam yang dibawa oleh Rasulullah Sallallahu Alaihi wa Sallam ini hanya untuk masyarakat Arab Jahiliyyah 1500 tahun dahulu sahaja sehinggakan umat Islam hari ini mengabaikan pengamalan syariatnya? Inilah persoalan yang akan dikupas dalam tulisan ini.

Amalan Jahiliyyah terkubur

Lahirnya Muhammad ke dunia ini dan diutuskannya menjadi Rasul Allah, penyebar risalah Allah, membawa rahmat ke sekalian alam. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam” [TMQ al-Anbiyaa’ (21):107]. “(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” [TMQ an-Nisa’ (4):165].

Perutusan Rasulullah Sallallahu Alaihi wa Sallam kepada masyarakat Arab jahiliyyah membawa impak perubahan yang sangat besar. Daripada aspek agama dan kepercayaan, penyembahan kepada berhala ditentang dan baginda menawarkan penyembahan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang menciptakan manusia. Budaya menipu dalam timbangan semasa jual beli dihapuskan. Begitu juga dengan tabiat meminum arak, membunuh anak perempuan hidup-hidup kerana takut miskin dan demi menjaga harga diri, menjadikan wanita sebagai hamba seks dan banyak lagi amalan jahiliyyah lainnya telah terkubur dengan kedatangan Islam.

Serentak dengan itu, bermulanya pembinaan individu dengan aqidah Islam sehingga lahirnya muslim yang bersyakhsiyah (jati diri) Islam. Tanpa bertangguh, Rasulullah Sallallahu Alaihi wa Sallam berjaya mengumpul mereka, membentuk satu kelompok yang berjuang mengamalkan Islam di tengah-tengah kerosakan masyarakat kuffar. Kelompok ini teguh mempertahankan bahawa Allah itu Tuhan yang wajib disembah dan Rasulullah itu pesuruh Allah. Bagi mengubah sistem kehidupan kuffar yang membelenggu mereka, Rasulullah Sallallahu Alaihi wa Sallam dan para sahabat berusaha menegakkan sebuah negara Islam untuk diterapkan di dalamnya hukum Allah secara kaffah. Hijrah ke beberapa tempat dilalui oleh mereka sehinggalah masyarakat Yathrib (Madinah) menerima baginda sebagai pemimpin negara, Rasulullah Sallallahu Alaihi wa Sallam memimpin daripada segenap aspek kehidupan termasuk sistem ekonomi, sosial, pendidikan, politik dan lain-lain.

Menurut Zeeneth Kausar (1995) dalam kertas kerjanya Women’s Issues: Women’s Perspectives, Islam meletakkan wanita dalam tiga kategori penting mengikut keupayaannya iaitu sebagai ibu, isteri dan anak perempuan. Ibu diletakkan di tempat paling tinggi selepas Allah dan RasulNya. Bagi wanita Islam yang berkahwin, mereka mempunyai hak-hak tersendiri sepanjang perkahwinannya sama seperti lelaki serta masing-masing mempunyai tanggungjawab dan peranan terhadap keluarga (ibu, isteri, anak perempuan) dan masyarakat (guru, pengasuh, pemimpin , penasihat, perawat dan lain-lain dalam semua sektor). Sebagai seorang Islam, wanita perlu mempunyai penghayatan Islam yang jelas dan keimanan yang kukuh supaya dapat dimanifestasikan keimanan dan jiwa Islam itu dalam ibadah, akhlak, pergaulan, pekerjaan dan segala aktiviti dalam kehidupannya. Ini penting supaya wanita tetap menjaga maruah dan kehormatan dirinya daripada kaca mata Islam seperti sentiasa menjaga aurat, menjaga tutur kata dalam pergaulan, menjauhkan segala yang mendekatkan diri wanita kepada zina, bersikap positif dan berdaya saing sesuai dengan kesucian dan kemuliaan agama Islam.

Ironinya, kehidupan umat Islam masa kini kelihatan telah melintasi sejarah menyeberangi zaman kegemilangan pemerintahan Islam. Masyarakat Islam telah kembali menjadi masyarakat jahiliyyah yang tiada pegangan hidup.

Tabiat menganiaya wanita dan kanak-kanak perempuan.

Bila diimbas kembali rentetan tragedi yang melibatkan penderaan dan penganiyaan ke atas wanita, kita akan dapati bahawa trauma ini tidak pernah lenyap daripada kehidupan masyarakat. Antara isu yang nampaknya semakin meruncing saban tahun adalah kes simbahan asid yang bukan sahaja menyebabkan mangsanya menanggung kesakitan yang amat sangat tetapi juga terpaksa menjalani kehidupan dengan kecacatan kekal. Pada 27 Januari 2007, seorang suami bertindak nekad menyimbah asid ke belakang badan isterinya, Ramlah Mohamad, 26, kerana mengesyaki wanita itu mempunyai hubungan sulit dengan lelaki lain. Pada 9 April 2010, seorang peneroka bertindak di luar batasan apabila tergamak menyimbah asid ke muka dan tubuh isterinya, Zarina Wahab, selepas wanita itu menolak untuk melakukan hubungan seks. Pada 10 Januari 2011, seorang lelaki disabitkan kesalahan cuba membunuh isterinya yang sedang hamil, Nor Shamila, dengan menggunakan sebilah pisau pemotong daging.

Menteri Pembangunan Wanita, Keluarga dan Masyarakat, Datuk Seri Shahrizat Abdul Jalil, mendedahkan purata 10 wanita negara ini dilaporkan menjadi mangsa kes keganasan setiap hari, mencakupi keganasan seksual, fizikal dan emosi berdasarkan statistik yang diberikan oleh Polis Diraja Malaysia dan jumlah sebenar (mangsa) lebih dari itu, cuma tidak dilaporkan. Di peringkat global pula, sekurang-kurangnya seorang daripada tiga wanita di seluruh dunia dipukul, dipaksa melakukan aktiviti seksual atau didera sepanjang hayatnya [Berita Harian, 28/11/2010].

Awal tahun 2011 juga disambut dengan beberapa kes dera ke atas kanak-kanak. Pada 9 Januari 2011, Nordiana Qistina Nurafizan, 3 tahun, disahkan meninggal dunia akibat pendarahan dalaman yang serius akibat dari 73 kesan penderaan di seluruh tubuhnya. Bukan hanya Nordiana Qistina, malah adiknya, Danish Irsyad berusia setahun turut menjadi mangsa kekejaman yang dipercayai dilakukan oleh bapa dan ibu tirinya [Utusan Malaysia Online, 11/1/2011]. Tidak dilupakan kes bualan orang ramai yang melibatkan kanak-kanak berusia 18 bulan, K Haresvarran yang mati dipukul dan dipijak jiran yang menjaganya serta Syafia Humairah Sahari, tiga tahun, mati ditendang dan dipijak teman lelaki ibunya pada tahun lalu.

Statistik di negara kita menunjukkan kes penderaan fizikal yang dilaporkan di Jabatan kebajikan Masyarakat (JKM) dari 1999 hingga 2006 ialah sekitar 100 kes setahun. Selain itu, 42 peratus daripada pendera adalah ibu bapa sendiri, iaitu bapa 22 peratus dan 16 peratus di kalangan ahli keluarga. Di Amerika Syarikat (AS), negara berkenaan menyediakan peruntukan RM384.8 bilion (AS$104 bilion) setahun bagi menangani isu penderaan kanak-kanak hasil laporan bahawa empat kanak-kanak dilaporkan mati setiap hari kerana didera serta diabaikan daripada aspek psikologi, emosi dan seksual. Secara purata, 31 peratus wanita di dalam penjara di AS disabitkan kesalahan melakukan penderaan ke atas kanak-kanak. Di United Kingdom (UK) satu hingga dua peratus kanak-kanak mengalami penderaan fizikal sejak peringkat kanak-kanak. Malah, lebih tiga juta orang dewasa, iaitu satu dari 12 orang dewasa menyatakan mengalami tanda lebam akibat penderaan fizikal ketika kanak-kanak dan sembilan peratus menderita dengan kesan jangka panjang. [Berita Harian, 9/3/2010]

Dalam Islam, Rasulullah Sallallahu Alaihi wa Sallam sendiri sangat marah kepada suami yang memukul isterinya sebagaimana memukul hamba abdi, sabdanya yang bermaksud: "Tidakkah seseorang dari kamu merasa malu untuk memukul isterinya sebagaimana dia memukul hambanya? Di waktu pagi dipukul isterinya kemudian di waktu malam ditidurinya pula". [HR Ahmad].

Seruan Islam yang telah lama sampai kepada kita dari Rasulullah Sallallahu Alaihi wa Sallam telah mengharamkan suami/bapa memukul apatah lagi mendera isteri mengikut hawa nafsu. Pukulan hanya dibenarkan dalam rangka untuk mendidik isteri dan anak-anak. Salah satu dalil tentang kebolehan bagi para suami untuk memukul ketika menta’dib (mendidik) isterinya adalah sepertimana ayat berikut:“Laki-laki adalah pemimpin kaum wanita kerana Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (perempuan), kerana mereka telah menafkahkan sebahagian daripada harta mereka. Maka wanita solehah adalah yang taat kepada Allah dan memelihara diri ketika suaminya tidak ada kerana Allah telah memelihara mereka. Isteri-isteri yang kalian khuatiri melakukan nusyuz maka nasihatilah mereka, dan pisahkanlah mereka daripada tempat tidur dan pukullah mereka”. [TMQ an-Nisa’ (4): 34].

Islam juga membolehkan melakukan pukulan sebagai ta’dîb terhadap anak. Ibnu Amr bin al-’Ash meriwayatkan bahawa Rasulullah Sallallahu Alaihi wa Sallam pernah bersabda: “Perintahkanlah anak-anak kalian untuk solat ketika mereka berusia tujuh tahun. Dan pukullah mereka jika berusia sepuluh tahun (jika tetap enggan mengerjakan solat)”. [HR Abu Dawud dan al-Hakim].

Di dalam hukum fikih, pukulan dibahagikan kepada dua jenis. Pertama, Dharb mubarrih iaitu pukulan yang kuat/keras sehingga dikhuatiri boleh mematahkan tulang, menghilangkan nyawa atau mencacatkan anggota tubuh badan. Pukulan seperti ini adalah dilarang dalam syariah dan termasuk sebagai perkara yang diharamkan. Kedua, Dharb ghairu mubarrih ialah pukulan ringan yang tidak mengalirkan darah serta tidak dikhuatiri akan menimbulkan kebinasaan jiwa atau kecacatan pada tubuh badan, patah tulang dan sebagainya. Pukulan jenis kedua ini menurut syariah boleh dilakukan kepada isteri yang berbuat nusyuz, bermaksiat dan melakukan pelanggaran syariah, iaitu setelah dilakukan maw’izhah dan hajr (nasihat dan pemisahan tempat tidur). (An-Nusyuz, Asy-Syaikh Shalih bin Ghanim As-Sadlan).

Para fuqaha mengatakan bahawa dharb ghairu mubarrih adalah pukulan yang tidak melukakan isteri, tidak mematahkan tulangnya, tidak meninggalkan parut pada tubuh badannya dan tidak boleh dilakukan pada wajah. Pukulan tersebut juga tidak harus berpusat pada tubuhnya (tidak diarahkan hanya pada satu tempat). Tidak boleh satu tempat dipukul secara terus-menerus agar tidak menimbulkan bahaya yang besar pada bahagian tubuh tersebut. Di antara fuqaha, ada yang menyatakan bahawa, “Sebaiknya pukulan dilakukan dengan menggunakan sapu tangan yang dililit atau dengan tangan si suami, tidak boleh dengan cemeti (cambuk/rotan) dan tongkat.”

Begitulah sedikit penerangan mengenai bagaimana Islam yang dibawa Rasulullah Sallallahu Alaihi wa Sallam ini begitu melindungi wanita dan anak-anak daripada perbuatan ganas suami/bapa. Sebagai suami atau bapa, pukulan hanya dibenarkan bagi tujuan ta’dib (mendidik) isteri atau anak dan bukannya untuk melampiaskan kemarahan atau membalas dendam. Namun, apa yang dikisahkan daripada peristiwa-peristiwa di atas menunjukkan bahawa para suami dan bapa tidak lagi mengikut syariat Allah dan contoh tauladan yang ditunjukkan Rasulullah Sallallahu Alaihi wa Sallam. Tidak cukup dengan isu penderaan wanita di dalam negara oleh ahli keluarga sendiri, sejenak kita telusuri nasib wanita di belahan dunia yang sentíasa ditindas oleh musuh Islam.

Muslimah di belahan dunia yang ditindas musuh.
Pada 31 Disember 2010, berdasarkan keterangan dari pihak media yang dilaporkan Maan, seorang wanita Palestin meninggal dunia akibat menghirup gas pemedih mata yang ditembakkan Israel ke arah mereka ketika melakukan demonstrasi damai mingguan di desa Bil'in. Pasukan Israel menembak bertin-tin gas pemedih mata ke arah mereka yang selalu melakukan demonstrasi secara damai. Sekitar 250 orang cedera, termasuk seorang remaja yang ditembak wajahnya dengan tabung gas pemedih mata. Kekejaman Israel jelas ketara kerana mereka menggunakan gas pemedih mata yang dilarang di Eropah pada tahun 60-an dan 70-an kerana menyebabkan kematian, tetapi mereka terus menggunakannya di Palestin [Buletinonliner.com, 3/1/2011].

Yayasan Solidariti Hak Asasi Manusia Antarabangsa menyatakan bahawa seorang tahanan wanita Palestin, Kifah Auni Qutsy yang berasal dari kota Birah, terperosok di penjara Israel menderita kekurangan immunisasi badan yang menyebabkan penyempitan pembuluh darah seperti mengalami Gangrene, penyakit yang menggugurkan jari tangan disebabkan tidak sampainya darah ke jari [iLuvislam.com, 20/10/2010]. Tidak jauh bezanya dengan insiden di atas, pada 10 Januari 2011, Yayasan Perlindungan Tahanan “Yusuf ash Shidiq” melaporkan bahawa para tahanan wanita Palestin terpaksa menanggung kenaikan harga yang tinggi di kantin penjara Israel dan mereka dipaksa membeli dari sana, terutama pakaian dan alas kaki (selipar/kasut). Lebih teruk lagi, keluarga tahanan tidak dibenarkan untuk membawakan alas kaki untuk tahanan penjara. Akhirnya mereka dipaksa untuk membelinya di kantin penjara yang harganya mencapai 80 dolar. Selain itu kantin tahanan juga tidak memiliki banyak barang yang diperlukan para wanita, namun pihak penjara tetap menolak kiriman daripada keluarga tahanan. Kebelakangan ini juga, pihak penjara menghadkan jumlah pakaian yang masuk ke penjara. Laporan ini menyebutkan bahawa para tahanan wanita, khususnya di penjara Damon, mengalami kekurangan air minuman yang bersih. Hal ini juga memaksa para tahanan membeli air bersih daripada kantin penjara dengan harga yang sangat mahal [Republikan Online, 10/1/2011].

Di pelosok bumi yang lain, Islam dihina nasib muslimah seperti hidup dalam penjara di tanah air sendiri. Mereka dinafikan haknya untuk menjalankan kewajipannya dalam berpakaian menurut Islam.Sebagai contoh dalam sebuah artikel menyatakan,“burqa dan niqab merupakan tradisi yang memandang bahawa perempuan sebagai objek seksual, seorang penggoda, yang mana dengan gerakan pergelangan kaki mereka dapat membawa lelaki (makhluk yang lemah yang tidak mampu menahan godaan ini) untuk bertekuk lutut di hadapan mereka. Ini adalah sistem nilai yang menjijikkan dan saya menolaknya. Begitu juga dengan semua warga Kanada yang menganut feminisme sekular. Jadi marilah kita mengharamkan pemakaian burqa, niqab dan hijab.” Itulah artikel yang telah diterbitkan oleh sebuah akhbar online Canada, Toronto Star, pada 18 Disember 2010 yang mengesyorkan supaya pengharaman bukan hanya dibuat terhadap niqab (penutup wajah/purdah) dan burqa (penutup seluruh tubuh), tetapi juga terhadap hijab (tudung kepala).

Sungguh sakit mata yang memandang dan pedih hati yang merasakan penderitaan yang dialami oleh umat Islam di seluruh dunia ini akibat penindasan yang didalangi musuh-musuh Islam. Jadi, umat Islam wajib memikirkan cara untuk menyelesaikannnya habis-habisan. Usaha yang diambil bukan setakat membantu mengisi perut-perut mereka yang kemudian akan tembus terburai dengan tembakan peluru, bukan setakat membekalkan selimut dan pakaian membaluti tubuh-tubuh mereka yang kemudian akan terbakar dengan serangan bom, bukan setakat menyediakan khidmat perubatan merawat luka-luka mereka yang kemudian akan diseksa dengan bom kimia, tetapi usaha yang dapat menghalau tentera Israel dan pakatannya kerana masalah Palestin dan negara-negara umat Islam lain adalah masalah penjajahan, fizikal dan mental, bukan masalah kemiskinan. Pencabulan terhadap hak umat Islam dalam melaksanakan kewajipannya bukan masalah kelemahan ketaqwaan individu tetapi masalah tekanan undang-undang kuffar yang dipaksakan ke atas mereka.

Tindakan Yang Diambil oleh Pemimpin Islam ke atas musuh Islam

Pada zaman Rasulullah Sallallahu Alaihi wa Sallam, seorang wanita Muslimah tersingkap auratnya apabila seorang tukang emas Yahudi Bani Qainuqa’ telah mengikat hujung kain yang dipakainya pada kerusi. Ketika itu, seorang lelaki Muslim telah bangun membela dengan membunuh Yahudi tadi. Sebagai membalas dendam, puak Yahudi membunuh pula lelaki Muslim itu. Kaum Muslim yang lain telah membantu kaum keluarga lelaki Muslim itu, dan Baginda Sallallahu Alaihi wa Sallam telah menghantar pasukan tentera Muslim untuk menyerang Yahudi Bani Qainuqa’ dan selepas lima belas hari, kaum Muslim berjaya menghapuskan seluruh Bani Qainuqa’ dari tanah Madinah.

Khalifah Islam yang memerintah selepas para Sahabat mengambil Sunnah Rasulullah Sallallahu Alaihi wa Sallam dalam menyelesaikan masalah yang sama. Imam Ibnu Athir mencatatkan dalam “Al-Kamil fi Tarikh”, sebuah kisah yang terkenal mengenai seorang wanita Muslimah yang telah ditangkap oleh puak Rom dan ditahan di satu tempat bernama ’Amuriyyah. Tidak puas dengan menahan beliau, mereka juga telah cuba untuk mencabul kehormatan wanita Muslimah itu. Bersendirian dan ketakutan, wanita itu memanggil nama Khalifah pada ketika itu “Oh Mu’tasim”. Seorang lelaki menyaksikan kejadian ini, lantas bertemu dengan Khalifah Mu’tasim dan memaklumkan beliau tentang kejadian itu. Tatkala Mu’tasim mendengar tentang rintihan wanita itu, beliau menyahutnya dengan penuh keberanian, “Labbaik (Aku datang menyahut seruanmu).” Mu’tasim mempersiapkan sepasukan bala tenteranya dan melancarkan serangan untuk menyelamatkan wanita itu. Pasukan tentera beliau telah menawan pihak musuh dan memasuki ‘Amuriyyah. Selepas menghancurkan kubu kuat musuh, mereka sampai kepada wanita itu serta berjaya membebaskannya.

Khalifah Umar bin Abdul Aziz pula telah mengirim sepucuk surat kepada Tahanan Perang Muslimin di Konstantinopel. Beliau memberitahu mereka: “Kalian mengatakan dirimu adalah Tahanan Perang. Sebenarnya, kalian bukanlah begitu. Kalian telah dipenjarakan kerana berjihad untuk Allah. Aku ingin memberitahukan kalian semua, apabila aku memberi sesuatu kepada semua kaum Muslimin, aku akan memberikan lebih kepada kaum keluarga kalian dan aku mengirimkan si polan dan si polan membawakan 5 dinar untuk setiap seorang dari kalian. Seandainya bukan kerana aku risaukan penguasa diktator Roman yang akan merampasnya dari kalian, sudah pasti aku akan mengirim lebih lagi. Aku juga telah mengutus si polan bin si polan untuk memastikan pembebasan setiap dari kalian, tanpa mengira berapa pun wang tebusan yang perlu dibayar. Maka bergembiralah kalian! Salam Sejahtera.”

Begitulah usaha-usaha yang telah ditunjukkan oleh Rasulullah Sallallahu Alaihi wa Sallam dan pemimpin umat Islam demi membela nyawa dan maruah umat Islam. Sesungguhnya, Rasulullah Sallallahu Alaihi wa Sallam telah bersabda:“Seorang Muslim adalah bersaudara dengan Muslim yang lainnya, maka janganlah dia menindas saudaranya dan jangan sekali-kali dia menyerahkan saudaranya yang lain kepada pihak yang menindas”.[HR Bukhari].

Kembalilah kepada sirah perjuangan Rasulullah Sallallahu Alaihi wa Sallam

Wahai muslimah yang berfikir!

Sejak terpadamnya cahaya kegemilangan Islam di Turki pada tahun 1924, pemimpin umat Islam yang manakah sanggup melakukan seperti apa yang telah Rasulullah Sallallahu Alaihi wa Sallam dan para Khalifah lakukan untuk melindungi kalian? Jawapannya tidak ada. Para pemimpin umat Islam yang ada pada hari ini adalah pemimpin khianat. Tatkala nyawa dan maruah umat Islam berada di hujung tanduk dengan ancaman pelbagai jenis jenayah, kekejaman dan penindasan di seluruh penjuru dunia, para pemimpin hina ini sibuk mengatur lawatan kepada musuh, sibuk mencari keuntungan berunding urusan perdagangan dengan bermanis muka dan berlembut lidah. Inilah hakikat pemimpin umat Islam! Sepatutnya dengan kuasa yang ada, mereka wajib memerintah dengan hukum Islam seperti Rasulullah Sallallahu Alaihi wa Sallam memerintah. Diterapkannya sistem pendidikan Islam yang mendidik insan bertaqwa sehingga tiada yang berani menganiayai wanita khususnya dan umat Islam amnya kerana takutkan dosa. Diajarkannya sistem sosial Islam yang mewujudkan masyarakat amar ma’ruf nahi mungkar. Diamalkannya pula sistem politik Islam yang mewajibkan penguasa-penguasa umat Islam memimpin mereka dengan tali Allah. Sebaliknya pemimpin hari ini mereka tidak berbuat apa-apa untuk mengeluarkan umat Islam daripada segala penderitaan dan ketakutan selain terus asyik dengan kenikmatan dunia dan berbaik-baik dengan musuh yang tidak akan henti-henti meratah umat Islam. Kita tidak mahukan pemimpin yang telah berpaling dari hukum Allah ini.

Sesungguhnya Allah telah menjelaskan bahawa siapa sahaja yang tidak mengimani Al Qur’an, membenarkan berita yang disebutkan di dalamnya, tidak meyakini perintah yang diwajibkan di dalamnya, dialah yang dikatakan berpaling daripada zikir pada Allah. Bahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala mengancam kepada orang yang berpaling dari zikir ini iaitu Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Sallallahu Alaihi wa Sallam bersabda bahwa orang tersebut akan diberikan penghidupan yang sempit di dunia dan akhirat. Allah berfirman:

“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta. Berkatalah ia: Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat? Allah berfirman: “Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamu pun dilupakan.” [TMQ Thaaha (20): 124-126].

Oleh itu, sanggupkah kita membiarkan pemimpin-pemimpin yang diancam Allah ini sama-sama mengheret kita ke dalam kemurkaan Allah di dunia dan di akhirat?

Jadi, marikah kita telusuri semula sirah perjuangan Rasulullah Sallallahu Alaihi wa Sallam. Kelahiran Rasulullah Sallallahu Alaihi wa Sallam adalah umpama cahaya bulan yang menyinari kegelapan malam. Kebangkitan Rasulullah Sallallahu Alaihi wa Sallam sebagai utusan Allah telah berjaya memimpin dan membimbing umat manusia ke jalan yang lurus iaitu Islam. Firman Allah Subhanahu wa T’aala: "Dan bahawa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus maka ikutilah ia dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain) kerana jalan-jalan ini mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa". [TMQ al-An’am (6): 153]

Sememangnya Rasulullah Sallallahu Alaihi wa Sallam telah mencerminkan keperibadian Islam yang dikehendaki oleh Allah untuk dicontohi oleh umat manusia dalam segala tingkah laku, percakapan dan sikap baginda. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: "Sesungguhnya pada diri Rasulullah itu sebaik-baik teladan bagi kamu (untuk diikuti) iaitu bagi orang yang mengharapkan (keredhaan) Allah dan (kemuliaan hidup) di akhirat dan orang yang banyak mengingati Allah" [TMQ al-Ahzab (33): 21].

Hakikatnya lagi, Rasulullah Sallallahu Alaihi wa Sallam bukan sahaja menunjukkan contoh peribadi yang baik sebagai suami, bapa, sahabat dan peniaga, tetapi baginda juga memetakan jalan bagi umat Islam dalam membentuk individu yang bertaqwa, menyampaikan Islam di tengah-tengah masyarakat kuffar, berjuang bersama kelompok sahabat mendirikan sebuah negara Islam dan seterusnya menerapkan segala syariat Allah di situ serta ke wilayah-wilayah yang lain. Pemimpin yang sebeginilah yang kita perlukan. Dia adalah Khalifah yang akan memerintah Daulah Islam suatu masa nanti seperti yang dijanjikan oleh Allah dan Rasulullah Sallallahu Alaihi wa Sallam atas usaha kita. Inilah amanah yang telah diwariskan oleh baginda kepada kita. Sedarlah wahai umat Islam, jalan-jalan yang dipetakan oleh Rasulullah Sallallahu Alaihi wa Sallam itu tidak akan pudar daripada sirah kerana ia wajib terus dilalui oleh umatnya.

Khatimah

Sirah kehidupan dan perjuangan Rasulullah Sallallahu Alaihi wa Sallam menghidupkan Islam di tengah-tengah masyarakat Arab Jahiliyyah bukan semata-mata sejarah yang perlu diceritakan untuk memperingati baginda sempena sambutan kelahiran baginda setiap tahun. Ia sebenarnya adalah hukum yang tertaklif pada umat Muhammad untuk terus diamalkan. Bagaimana Rasulullah Sallallahu Alaihi wa Sallam berjaya menyelamatkan malah melindungi maruah dan martabat wanita serta umat Islam daripada lembah jahiliyyah, begitulah kita umat Islam hari ini wajib lakukan. Daripada tahap pembinaan individu, penyatuan dalam kelompok dakwah kepada mendirikan daulah Islam, itulah jalan yang wajib dilalui oleh setiap individu untuk mengembalikan kehidupan Islam secara kaffah. Wallahu a’lam bisshawab.

16 Januari 2013

Intima’ Jamaie…Hakikat dan Tuntutan

Pertama sekali mohon berlapang dada kepada semua pembaca. Penulisan ini bukanlah karya Inspirasi Rabbani tetapi telah dipetik daripada blog Petunjuk Sepanjang Jalan kelolaan Ustaz Azizee. Inspirasi Rabbani tertarik untuk berkongsikan artikel ini walaupun mungkin berbeza 'Pakaian" namun amat perlu untuk dihadamkan sebagai muhasabah keterlibatan kita dalam perjuangan dakwah. InsyaAllah bersama kita renungkan.
 
Intima'
 
Intima’ atau penggabungan ke dalam mana-mana Harakah Islamiah adalah merupakan perkara pokok dan domain bagi memastikan. kelangsungan gerakan islam. Intima’ atau penggabungan ini adalah penggabungan seorang akh ke dalam Harakah Islamiah secara aqaidi [ berdiri atas keimanan dan prinsip], bersifat kulliy [total], berciri masiri [ untuk selama-lamanya] yang melibatkan intima’ fikri, intima’ harakiy @ tandhimi dan juga intima’ syuuri.
 
Syeikh Fathy Yakan menyatakan :
Dia mengetahui bahawa penggabungannya ini bukan sekadar penggabungan berdasarkan kelahiran atau warisan. Tetapi dia memahami Islam dan memahami bahawa bekerja untuk Islam adalah isu paling genting yang menentukan kesudahan dirinya; Islam dan bekerja untuk Islam merupakan risalah hidupnya, di mana dia diciptakan untuk melaksanakan risalah tersebut di dunia ini. Begitu juga, kebahagiaan dirinya di dunia dan akhirat hanya tercapai dengan memberikan komitmen kepada Islam dan melaksanakan tuntutan Islam. Sebarang pelanggaran atau kecuaian dalam perkara ini akan diikuti oleh dosa, perhitungan amal dan pembalasan”
 
Intima’ ini menjadikan setiap akh yang menggabungkan dirinya di dalam jamaah memiliki wa’yu kulli [kesedaran total] dan basiroh wadhihah [kejelasan ] sehingga akh ini menjadi rakaiz islamiah kepada jamaah. Penggabungan ini menjadikan akh tadi meleburkan kepentingan peribadi untuk kepentingan jamaah [ izabah maslahah syaksiah li maslahtil jamaah] sehingga ia mengerahkan seluruh potensi diri, jiwa raga, pemikiran untuk mencapai objektif jamaah ke arah mencari mardhatillah demi merealisasikan tamkin deenilillah di muka bumi. Untuk itu akh tadi wajib percaya [ seqah] dengan matlamat, wasilah dan jalan amal yang digariskan oleh jamaah mengikut adab-adab amal jamaie iaitu ukhuwwah, tsiqah, taat, syura, istisyarah, isti’zan, indhibat, amal kerahsian dan terbuka serta tanasuh. Intima’ ini lahir dari hati yang rela dan sedar akan adabiyat harokiyyah dan kewajipan memahami bahawa menegakkan Islam perlu secara amal berjamaah [amal kolektif] sehingga dia tajarrud untuk dakwah dan fikrahnya.
Intimak fikri bermaksud seorang akh yang menggabungkan dirinya ke dalam jamaah perlu mengikat pemikirannya mengikut neraca jamaah, pandangan dan syura jamaah yang diputuskan mengikut adabiyat syariyyah dan adabiyat tandhimiyah. Ini bagi mengelakkan berlaku perselisihan pendapat dan kecelaruan aliran fikrah yang akan mewujudkan tanzim di dalam tanzim. Ia juga menghasilkan wehdatul fik [kesatuan pemikiran] di dalam menangani mana-mana isu dan menggarap polisi-polisi jamaah.
Intima’ Harokiy atau Tandhimi pula ialah bermaksud seorang akh perlu mengikat dirinya dengan peraturan kerja jamaah [adabiyat harokiyah @ tandhimiyah] serta berpegang kepada 10 arkanul Bai’ah. Keterikatan ini menjadikan akh adalah seorang yang berdisiplin, mengutamakan keputusan-keputusan jamaah, melaksanakan tugas jamaie dan tandhimi secara sempurna dan mengelakkan jamaah kepada perpecahan dan lambat mencapai objektifnya.
Manakala intima’ syu’uri ialah setiap akh memiliki rasa kebersamaan, rasa kekitaan di dalam menjayakan agenda jamaah. Syu’ur ini terbit dari kedalaman rasa ukhuwwah dan thiqah yang tinggi terhadap para pimpinan dan sesame ahli. Tahap yang paling rendah ialah salamatus as-sadr [berlapang dada] manakala martabat tertinggi ialah ithar. [ mengutamakan saudaranya melebihi dari dirinya ].
Intima’ jamaie mestilah lahir dari kejelasan titik tolak yang suci [ wudhuh sofa’ al-ibtidak] bagi memastikan akh tadi memberikan sumbangan dan thabat intima’nya. Tanpa titik tolak yang betul akan terdedah kepada gejala inhirof [ penyelewengan], kegelinciran dan futur. Kata salafussoleh :
“ Ma dholla ahadukum fi toriq illa bi fasadil ibtida’, fa inna fasadal ibtidak yuathiru fil intihak..”
[ Tidaklah sesat atau menyeleweng salah seorang dari kalangan kamu di jalan ini kecuali bermula dari permulaan yang salah, kerana permulaan yang salah akan mempengaruhi pada pengakhirannya..]
Justeru, mana-mana akh yang menggabungkan dirinya ke dalam jamaah perlu mengingatkan dirinya saat dia melangkah ke hari pertama bersama gerombalan jamaah ini. Adakah dia bersama jamaah ini dengan tujuan-tujuan peribadi yang lain, atau sekadar meraih sokongan dan populariti atau mendapat habuan pangkat dan jawatan atau sebagainya. Intimak ini mestilah lahir dari asas syarie iaitu berpaksikan dorongan al-quran dan taujihat nabawiyah yang meng’asolah’kan kesyari’yyahannya berintimakkan di dalam jamaah.
Intimak’ ini bermaksud seorang akh bersedia untuk tenggelam dan larut di dalam lingkungan amal islami secara berjemaah dan tersusun. Akh tadi menjadi anggota kepada Harakah Islamiah yang dia menyakini risalah jamaah tersebut dan berusaha mencapai makna intimak kepada jamaah tersebut dengan menyempurna dan memenuhi tuntutan dan syarat-syarat penggabungan tersebut.
As-Syeikh Mustafa Mahsyur di dalam bukunya ‘Bainal Qiyadah wal Jundiyah’ menjelaskan tuntutan intima’ jamaie seperti berikut :
1. Beriman Kuat dengan Amal Jamaie dan Tuntutannya
Syarat ini menuntut agar tugas ini menguasai dirinya dan menjadi fokus utamanya. Dalam perkara ini, kami bawakan kata-kata as-Syahid Hasan al-Banna:
“Sesungguhnya tugas seorang Islam sejati dijelaskan oleh Allah Tabaraka wa Ta‘ala dalam satu ayat al-Quran, kemudian diulang oleh al-Quran dalam beberapa ayat. Ayat yang meliputi tugas orang Islam dalam kehidupan tersebut ialah firman Allah Tabaraka wa Ta‘ala:
Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya Dia lah yang memilih kamu (untuk mengerjakan suruhan agamanya); dan Dia tidak menjadikan kamu menanggung sesuatu keberatan dan susah payah dalam perkara agama, agama bapa kamu Ibrahim. Dia menamakan kamu: “orang-orang Islam” semenjak dahulu dan di dalam (al-Quran) ini, supaya Rasulullah (Muhammad) menjadi saksi yang menerangkan kebenaran perbuatan kamu, dan supaya kamu pula layak menjadi orang-orang yang memberi keterangan kepada umat manusia (tentang yang benar dan yang salah). Oleh itu, dirikanlah sembahyang, dan berilah zakat, serta berpegang teguhlah kamu kepada Allah! Dia lah Pelindung kamu. Maka (Allah yang demikian sifat-Nya) Dia lah sahaja sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Pemberi pertolongan. (al-Hajj: 78)
2. Meletakkan Segala Urusan Kehidupannya untuk Kepentingan Amal Da’wah
Segala urusan peribadinya seperti pekerjaan, tempat tinggal, perkahwinan, permusafiran dan lain-lain adalah tunduk kepada kepentingan da’wah, di mana semua perkara tersebut tidak melemahkan produktivitinya untuk da’wah.
Dia juga perlu menyiapkan diri dalam segala aspek dan elemennya agar menjadi alat yang efektif dan baik untuk jama‘ah merealisasikan objektif dan cita-cita yang diidamkan. Berkenaan pengertian ini, as-Syahid Hasan al-Banna berkata:
Sesungguhnya Islam berhajat kepada individu mempunyai perasaan yang peka merasai kecantikan dan keburukan, ketajaman akal yang sahih mampu mengenal betul dan salah, kemahuan yang tegas, tidak lemah dan berlembut dalam soal kebenaran dan jasmani yang sejahtera mampu melaksanakan bebanan kewajipan kemanusiaan dengan sebaik-baiknya. Dia menjadi alat yang baik untuk merealisasikan kemahuan yang baik, membantu kebenaran dan kebaikan”
3. Mempastikan Keikhlasan Niatnya Demi Allah
Seorang Akh yang memiliki komitmen jamaie akan menjadikan percakapan, perbuatan dan seluruh jihadnya meletakkan tujuan untuk Allah, mencari keredhaan dan ganjaran baik-Nya. Dia tidak memandang kepada keuntungan, keterampilan, kemegahan, gelaran, kemajuan atau kemunduran. Ini bermakna, dia merupakan tentera akidah dan gagasan, bukan tentera sesuatu tujuan dan kepentingan. Kerana Allah Ta‘ala hanya menerima amalan yang ikhlas semata-mata kerana-Nya.
4. Komited dengan Kefahaman Islam yang Sahih dan Syumul
Iaitu kefahaman yang diterima dan dijadikan titik pertemuan oleh jama‘ah, bersih daripada penjuzukan, penyelewengan atau kesilapan. Seorang individu mestilah komited dengan kefahaman ini. Dia tidak boleh mengizinkan kemunculan pelbagai aliran pemikiran yang berbeza di dalam jama‘ah, lalu berlaku perpecahan. Bahkan setiap individu menjadi penjaga yang amanah terhadap kefahaman ini daripada mana-mana penyelewengan atau perubahan.
5. Komited dengan Jalan dan Langkah-langkah Amal Islam sebagaimana yang Ditetapkan oleh Jama‘ah untuk Merealisasikan Objektifnya yang Agung
Iaitu dengan menyediakan individu Islam contoh dan sebenar, rumahtangga Islam yang komited dengan ajaran Islam dan dibina di atas asas taqwa sejak awal pembentukannya. Begitu juga menyediakan masyarakat Islam yang didokong oleh tunggak yang terdiri daripada individu dan rumahtangga Islam ini. Agar masyarakat ini menjadi tapak yang kukuh lagi kemas untuk kerajaan Islam tertegak di atasnya. Usaha ini disem­purna­kan di peringkat semua bangsa yang menganut Islam. Kemudian semua kerajaan Islam ini bersatu untuk membentuk negara Islam sejagat dikepalai oleh Khilafah Islamiyyah.
6. Mempersiap dan Meneguhkan Diri untuk Ber­jihad di Jalan Allah dengan Jiwa dan Harta
Dia perlu tahu dengan penuh yakin, pencerobohan musuh Allah tidak akan berhenti dan objektif da’wah tidak akan tercapai kecuali dengan jihad di jalan Allah. Jihad adalah kefardhuan yang terus kekal hingga bila-bila. Oleh itu, dia mestilah sentiasa menyertakan niat jihad dan kecintaan untuk mati syahid secara berterusan. Dia juga mesti mempersiapkan diri dengan komited mempraktikkan sifat orang beriman, agar dia berjaya melaksanakan kontrak perjanjian yang menguntungkan dengan Allah.
Sesungguhnya Allah telah membeli daripada orang-orang yang beriman akan jiwa mereka dan harta benda mereka dengan (balasan) bahawa mereka akan beroleh Syurga… (at-Taubah: 111)
Dia hendaklah berwaspada terhadap tarikan dunia berbentuk keseronokan dan perhiasan, menjauhi pelbagai bentuk kemewahan, kerehatan dan seumpamanya. Supaya dia tidak terdedah kepada rasa keberatan dan cenderung kepada dunia apabila semboyan jihad dibunyikan. Akibatnya, dia menerima siksaan yang amat pedih dan Allah akan menukar­kan­nya dengan orang lain untuk melaksanakan kewajipan jihad. Dia perlu tahu, Allah tidak memerlukan diri dan jihadnya:
Dan sesiapa yang berjuang (menegakkan Islam) maka sesungguhnya dia hanyalah berjuang untuk kebaikan dirinya sendiri; sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak berhajatkan sesuatupun) daripada sekalian makhluk. (al-‘Ankabut: 6)
7. Memiliki Keazaman untuk Berkorban
Iaitu keazaman untuk berkorban sama ada harta mahupun jiwa di jalan meninggikan kalimat Allah dan meneguhkan agama Allah di muka bumi. Dia juga menandatangani kontrak perjanjian yang menguntungkan dengan Allah:
Sesungguhnya Allah telah membeli daripada orang-orang yang beriman akan jiwa mereka dan harta benda mereka dengan (balasan) bahawa mereka akan beroleh Syurga… (at-Taubah: 111)
Di sini Shuhaib ar-Rumi berkata: Ketika saya mahu berhijrah dari Mekah untuk bersama Nabi s.a.w. (di Madinah), Quraisy berkata: Wahai Shuhaib, kamu datang kepada kami dalam keadaan tidak berharta. Kemudian kamu keluar (Mekah) dengan harta kamu. Demi Allah, perkara ini tidak boleh berlaku sama sekali. Saya pun berkata kepada mereka: Apa pandangan kamu jika saya serahkan harta saya kepada kamu, apakah kamu melepaskan saya? Mereka menjawab: Ya. Oleh itu, saya pun menyerahkan harta saya kepada mereka. Lalu mereka melepaskan saya. Saya pun keluar (Mekah) sehingga sampai ke Madinah. Berita ketibaan saya sampai kepada Nabi s.a.w.. Baginda lantas bersabda: Shuhaib telah beruntung. Shuhaib telah beruntung. Baginda mengucapkannya sebanyak dua kali.
Oleh itu, seorang individu mestilah melatih dirinya untuk berkorban dengan apa saja yang mahal dan berharga di jalan Allah, tidak kedekut harta, tenaga, masa, ilmu atau jiwanya untuk da’wah. Kerana da’wah menuntut semua tersebut daripada dirinya, bukan sebahagian sahaja. Kemudian, segala kebaikan yang dipersembahkannya, dia akan mendapatinya di sisi Allah lebih baik dan lebih besar ganjarannya:
8. Mempersiap dan Menguatkan Diri untuk Tetap Teguh di atas Jalan Da’wah
Dia mempersiapkan diri untuk tidak meninggalkan amalnya di dalam jama‘ah mahupun jihad untuk mencapai matlamatnya, walau betapa lama tempoh, berpanjangan tahun dan banyak halangan. Dia tetap demikian, sehingga bertemu dengan Allah dalam kebaikan tanpa menukar atau mengubah janjinya dengan Allah. Oleh itu, dia mendapat ganjaran orang yang jujur:
Di antara orang-orang yang beriman itu, ada yang bersikap benar menunaikan apa yang telah dijanjikan­nya kepada Allah (untuk berjuang membela Islam); maka di antara mereka ada yang telah selesai menjalankan janjinya itu (lalu gugur syahid), dan di antaranya ada yang menunggu giliran; dan mereka pula tidak mengubah (apa yang mereka janjikan itu) sedikitpun. (Berlakunya yang demikian) supaya Allah membalas orang-orang yang benar disebabkan kebenaran mereka, dan menyeksa orang-orang yang munafik jika Dia kehendaki, atau Dia menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani. (al-Ahzab: 23-24)
9. Mengikhlaskan Wala‘ kepada Da’wah
Dia membersihkan diri daripada wala‘ kepada prinsip dan peribadi yang lain daripada da’wah, sekalipun mereka merupakan kerabatnya yang paling dikasihi:
Sesungguhnya adalah bagi kamu pada bawaan Nabi Ibrahim (a.s) dan pengikut-pengikutnya – contoh ikutan yang baik, semasa mereka berkata kepada kaumnya (yang kufur ingkar): “Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dan daripada apa yang kamu sembah yang lain daripada Allah; kami kufur ingkarkan (segala penyembahan) kamu dan (dengan ini) nyatalah perasaan permusuhan dan kebencian di antara kami dengan kamu selama-lamanya, sehingga kamu menyembah Allah semata-mata..”(al-Mumtahanah: 4)
Tajarrud (Membersihkan diri daripada kepentingan dan prinsip yang lain daripada kepentingan dan prinsip dakwah, serta dedikasi tanpa berbelah bagi) kepada da’wah Allah ini adalah perkara wajib dan asasi untuk menjamin penerusan amal dan aktivisnya, tanpa terdedah kepada pengabaian dan pembubaran. Ia juga amat diperlukan untuk menghindari berlaku dua wala‘ dan kemudharatan yang akan berlaku berpunca daripadanya.
10. Menjadikan Slogannya: Baiki Dirimu dan Da’wahlah Orang Lain
Oleh itu dia terus dan sentiasa berusaha meningkatkan dirinya. Usaha ini adalah satu langkah mendekati Allah dan menjadi pembantu untuknya meneruskan perjalanan, mengatasi halangan dan mengelakkan penyimpangan. Dia hendaklah mengambil berat untuk mengambil bekalan taqwa dalam menjalani perjalanan da’wah. Dia mestilah menitik­beratkan penjagaan waktu, teratur dalam urusannya, berguna kepada orang lain, mampu mencari sumber kehidupan, bermujahadah terhadap dirinya, berwaspada daripada dugaan harta, anak, isteri dan lain-lain perhiasan dunia.
Begitu juga, dia mestilah prihatin terhadap rumahtangga dan keluarganya. Oleh itu dia memilih dengan sebaik-baiknya calon isteri, memperelokkan interaksi dengannya dan memastikan si isteri mendapat hak, melaksanakan kewajipan, patuh kepada ajaran dan adab susila Islam dalam segenap aspek kehidupan rumahtangga dan pakaian Islamnya. Begitu juga, dia memastikan isterinya patuh kepada ajaran Islam dalam soal halal haram dalam makanan, minuman dan pakaian. Dia mestilah mengambil berat memastikan mereka hidup dengan nilai-nilai da’wah, prihatin terhadap pendidikan anak-anak dan khadam.
Selain itu, dia juga perlu bersungguh-sungguh berda’wah kepada orang lain agar saf aktivis Islam yang jujur bertambah.
11. Memenuhkan Hatinya dengan Harapan bahawa Masa Depan adalah Milik Islam
Harapan bahawa malam panjang yang diwakili oleh kezaliman dan kegelapan (jahiliyah) pasti ada penghujungnya. Harapan cahaya akan terbit menghapuskan kegelapan, diiringi oleh bantuan Allah, terhapus kebatilan dan tertegaknya agama Allah dengan teguh di muka bumi.
Dia tidak boleh melayan mana-mana rasa kecewa ekoran kekalahan dalam pertempuran menentang musuh. Kerana ini memberi pantulan yang merosakkan saf dan amal Islam. Dia hendaklah mengetahui kekalahan hakiki ialah kekalahan hati, iaitu apabila ia ditimpa rasa lemah yang mengakibatkan dia menyerah kalah dan tunduk. Dalam situasi sebegini, kita dapati Allah s.w.t. memandu hala tuju orang Islam dengan firman-Nya:
Dan janganlah kamu merasa lemah (dalam perjuangan mempertahan dan menegakkan Islam), dan janganlah kamu berdukacita (terhadap apa yang akan menimpa kamu), padahal kamulah orang-orang yang tertinggi (mengatasi musuh dengan mencapai kemenangan) jika kamu orang-orang yang (sungguh-sungguh) beriman. (Ali ‘Imran: 139)
Allah terus memandu haluan mereka dalam ayat-ayat selepasnya sehinggalah Allah membawakan contoh ini:
Dan berapa banyak dari Nabi-nabi (dahulu) telah berperang dengan disertai oleh ramai orang-orang yang taat kepada Allah, maka mereka tidak merasa lemah semangat akan apa yang telah menimpa mereka pada jalan (agama) Allah dan mereka juga tidak lemah tenaga dan tidak pula mahu tunduk (kepada musuh). Dan (ingatlah), Allah sentiasa mengasihi orang-orang yang sabar. (Ali ‘Imran: 146)
Demikian juga, sombong dan ghurur tidak boleh menye­linap masuk ke dalam jiwa kita apabila Allah merealisasikan kemenangan kita ke atas musuh.
Selepas membentang perkara yang mesti dimiliki dan diamalkan dengan komited oleh individu dalam jama‘ah, boleh jadi ada faedahnya untuk kami sebutkan beberapa ucapan Imam al-Banna yang ditujukan kepada pemuda. Beliau berkata:
“Wahai pemuda, sesungguhnya suatu gagasan hanya berjaya apabila keimanan terhadap gagasan itu kuat, keikhlasan demi memperjuangkannya dipenuhi, semangat untuknya bertambah dan kesediaan yang mendorong pengorbanan dan usaha merealisasikannya wujud. Keempat-empat rukun ini: iman, ikhlas, semangat dan usaha hampir-hampir merupakan ciri khusus pemuda. Kerana asas kepada iman ialah hati yang bijaksana, asas kepada ikhlas ialah jiwa yang suci, asas kepada semangat ialah perasaan yang kuat dan asas kepada usaha ialah keazaman yang muda remaja. Semua ini hanya dimiliki oleh pemuda. Oleh itu, pemuda dulu dan sekarang adalah tiang kebangkitan kepada setiap bangsa, rahsia kekuatan kepada setiap kebangkitan dan pembawa panji kepada setiap gagasan ”.
”…Sesungguhnya mereka itu orang-orang muda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan kami tambahi mereka dengan hidayah petunjuk. (al-Kahf: 13)”
Kefahaman yang mendalam terhadap intima’ jamaie ini akan menjadikan akh tadi seorang akh yang memiliki sifat kejantanan da’ie [rajulah], tahan lasak menghadapi ujian dan mehnah dakwah, tidak mudah putus asa dan lemah semangat serta tidak mudah merajuk dan ambil hati. Dia adalah seorang yang komited, berdidikasi, berdisiplin, proaktif, sentiasa ke depan, jiddiyah dan memiliki himmah ’aliyah bahkan menggunakan segala potensi diri untuk terus berkontribusi kepada dakwah dan jamaah. Slogan yang terlukis di mindanya ’ad-dakwah qobla kulli syai’ [ dakwah mendahului segala-galanya di dalam kehidupan].
Senario Amal tanpa Intima’ Jamaie
  • Ada akh yang melanggar keputusan syura dan ini membantut pencapaian matlamat jamaah.
  • Timbul konflik dalaman dan fitnah di dalam jamaah dan muncul kumpulan-kumpulan dan aliran yang berbagai-bagai.
  • Ada akh yang mengutamakan projek-projek peribadi dari projek-projek jamaah. Dia komited menjayakan projek peribadi berbanding masuliyah jamaiyyah yang dipertanggungjawabkan. Kadang-kadang dia beralasan menjayakan projek peribadi untuk kepentingan jamaah tetapi apabila dia berjaya dia terus meninggalkan jamaah.
  • Ada akh yang bersikap longgar terhadap adabiyat jamaie, tidak istisyar, tidak isti’zan, lemah taat dan thiqah, kurang berdisiplin dan kering ukhuwah dan ruh tanasuh.
  • Ada akh yang membuat keputusan atas neraca peribadi tanpa menimbang kepada neraca syarie dan jamaie terutama soal bait muslim, kerjaya, pengurusan hidup dan urusan akademik.
  • Ada akh yang lemah wajibat fardi sehingga tidak menjadi contoh unggulan kepada masyarakat. Akh tadi hilang zatiah dai’yah.
  • Lemah usaha tajmik dan dakwah sehingga melambatkan pencapaian objektif jamaah.
  • Ada akh yang sibuk dengan dunia kerjaya, mengejar pangkat dan kedudukan di tempat kerja sehingga melemahkan keterikatannya dengan jamaah. Dia hebat di alam kerjaya tetapi culas di alam tarbiyah dan dakwah.
  • Ada akh yang mudah merajuk, cepat berasa hati dan manja di dalam amal, tidak gentleman di dalam memikul tugas dakwah dan jamaah.
  • Ada akh yang berfikir dan bertindak tanpa berdasrkan dhawabit syarak di dalam perkara-perkara berkaitan jamaah dan ijtihad jamaie seperti isu tahaluf, penglibatan di dalam kerajaan dan sebagainya.
  • Terpengaruh dengan pemikiran Islam Moderat mengikut acuan barat, bersikap liberal dan toleransi di dalam isu-isu yang melibatkan kepentingan umat.
  • Ada akh yang tidak memposisikan dirinya sejajar dengan keperluan dan objektif jamaah.
  • Ada akh yang menyeleweng di jalan dakwah dari sudut manhaj bergerak, jalan kerja dan asolah tarbiyah.
Justeru usaha membangun, menjana dan menggarap Intima’ Jama’ie di dalam mana-mana Harokah Islamiah adalah menjadi satu kemestian [Hatman Maqdhiyya]. Ia penting bagi meneruskan maknawiyat dan haywiyat jamaah dan peranannya bagi memastikan jamaah terus utuh, mampu berdepan dengan cabaran semasa, kepemimpinan berwibawa serta pengikut yang memiliki kesetiaan kepada dakwah dan jamaah [al-wafa’ bi dakwah wal jamaah].
Sesungguhnya intima’ ini akan lahir apabila membumi akidah yang kuat, iman yang mendalam dan kefahaman yang terperinci. Intima’ ini adalah intima’ mabdai [berprinsip] bukan atas dasar kepentingan diri, ia juga intima’ yang abadi yang tidak terhad kepada tempoh tertentu. Intima’ ini bersifat masiri yangtidak ada dibelakangnya mana-mana agenda dan kepentingan. Ia adalah syarat yang membenarkan kesetiaan kepada dakwah sebagaimana para Sahabat r.a yang membenarkan janji setia pada dakwah. Firman Allah di dalam surah al-Ahzab ayat 23 yang bermaksud :
< dari kalangan orang yang beriman ada terdapat para rijal yang telah membenarkan janjinya dengan Allah, sebahagian ada yang telah gugur [syahid] dan sebahagiannya pula sedang menunggu untuk mati syahid, dan mereka sedikit pun tidak mengubah janji mereka >

Ombak dan Pantai


Pemandangan Senja Yang Sempat Dirakamkan Dari KM Chalet
Bingkisan Yag Pernah Kutitipkan buat Ahli Usrah Mawaddah dalam Program Santai Mahabbah 2012 di Pantai Linggi Kg Sg Baru Melaka. Adakah antum/antunna masih ingat lagi analogi ombak dan pantai ? Rindu kalian...


Andai ombak membelah pantai,
Biarlah ia mengentam dengan kuat,
Andai hidup dilanda musibah,
Jadikan pantai sebagai teladan,
Semakin dipukul semakin cantik dan bersih tepiannya...

Jadi jika hidup kita dilanda badai,
Seberat mana sekali pun,
pastikan ia menjadi penguat jalan ke hadapan..
Kerana tanpa badai itu,
Kita tidak akan belajar dari kesalahan...
Andai pantai itu tidak pernah dilanda ombak,
Pasti kosong dari sampah dan kotoran,
Maka ia pasti bersih tanpa noda...
Dan disitu tiada celanya,

Mungkin pantai pasti berkata:
Kenapa aku tidak dibadai ombak?
Rasa hidup ku kosong tanpanya
Kerana kami diciptakan bersama dan saling memerlukan...

Antara Moral, Etika Dan Akhlak Mulia


Pengenalan
Fenomena pergaulan bebas, seks bebas dan jenayah berkaitan seks dewasa ini telah menjadi suatu fenomena bejat yang saban hari mengganggu kesejahteraan masyarakat. Laporan di media massa sering memaparkan kisah yang amat mengerikan dan menyayat hati, malah mencarik-carik perasaan manusia biasa. Dalam keadaan yang amat mendesak ini, pelbagai bentuk penyelesaian cuba dicari dan dilaksanakan. Banyak cadangan dan pendapat diutarakan oleh pelbagai pihak yang prihatin tentang isu ini baik secara individu, komuniti, perwakilan, pemimpin rakyat mahupun kerajaan. Semua pihak ini berusaha mencari formula paling mujarab dalam mencari titik penyelesaian kepada permasalahan sejagat ini.

Penyelesaian yang dipilih oleh barisan pemerintah yang turut menjadi kupasan khusus Fikratul Ummah (FU) dalam keluaran bulanan mulai April yang lalu, tidak lain dan tidak bukan ialah penyelesaian melalui pelaksanaan pendidikan seks.

Pendidikan seks merupakan langkah alternatif yang dilaksanakan di sekolah-sekolah dan akan mula menjadi mata pelajaran teras kepada pelajar-pelajar tahun satu mulai November nanti. Salah satu aspek yang bakal diberi penekanan dalam pengajaran pendidikan seks ini ialah nilai moral dan etika para pelajar. Tujuannya adalah untuk memupuk nilai moral dan etika yang tinggi dalam kalangan pelajar Pelaksanan Pendidikan Kesihatan dan Reproduktif Sosial (PKRS) dianggap sebagai alternatif untuk menjauhkan mereka daripada terjebak ke kancah pergaulan bebas yang menjadi pintu utama kepada seks bebas.

Realiti Kes

Sebelum tajuk ini dikupas lebih panjang, adalah wajar untuk memperhatikan realiti yang sedang dihadapi oleh masyarakat berkaitan kemelut gejala sosial ini. Lembaga Penduduk dan Pembangunan Keluarga Negara (LPPKN) yang menjalankan kajian media pada tahun 1998 mendapati seramai 27.2 peratus responden mengaku pernah melakukan hubungan seks. Menurut kajian itu, umur paling muda melakukan hubungan seks pertama ialah pada usia 16 tahun. LPPKN juga menjalankan kajian yang sama pada 2004 dan mendapati sekitar 130,000 remaja dipercayai telah melakukan hubungan seks luar nikah. Manakala kajian yang dibuat oleh Majlis Aids Malaysia iaitu sekitar tahun 1999 dan 2000 mendapati umur melakukan hubungan seks pertama paling muda di negara ini ialah sembilan tahun! [http://www.bernama.com]

Perangkaan Polis Diraja Malaysia (PDRM) melaporkan 1,456 kes rogol berlaku dalam setahun. Perangkaan itu bagaimanapun dianggarkan hanya 10 peratus daripada kejadian yangsebenarnya berlaku. Lebih daripada separuh mangsa rogol adalah di bawah 18 tahun dan 84 peratus pemangsa adalah orang yang dikenali oleh mangsa. 20 peratus daripada pemangsa mempunyai pertalian saudara dengan mangsa, iaitu terdiri daripada bapa, bapa tiri, datuk, abang termasuk teman lelaki yang baru dikenali. Tambahnya, 67 peratus lokasi rogol adalah di rumah dan bangunan, iaitu tempat yang dianggap selamat oleh pemangsa. [http://www.bernama.com]

Selain itu, sekurang-kurangnya satu kes pembuangan bayi dilaporkan berlaku dalam tempoh lima hari. Lebih menyedihkan apabila ada yang tergamak membunuh bayi tidak sah taraf ini semata-mata mahu menutup aib sendiri dan keluarga.

Punca Masalah Sebenar


Apabila diteliti daripada realiti yang telah dipaparkan, salah satu persoalan yang mungkin menjengah di minda ialah apakah punca sebenar kepincangan ini? Menurut beberapa kajian yang telah dijalankan, jenayah seks yang berlaku pada hari ini terus berleluasa adalah berpunca daripada rendahnya nilai moral dalam kalangan remaja sekarang. Justeru, kerajaan tanpa berlengah telah mengambil inisiatif dengan memperkenalkan pendidikan seks ke dalam kurikulum pendidikan di Malaysia.

Walaupun ada pihak yang mengatakan tindakan ini adalah tindakan yang terburu-buru, namun, barisan pemerintah memberi justifikasi bahawa tindakan ini kononnya sejajar dengan keadaan semasa. Namun,masih timbul beberapa persoalan. Sejauh manakah subjek Pendidikan Seks akan menyelesaikan masalah seks bebas dalam kalangan muda mudi? Apakah pendidikan seks merupakan jalan terbaik kepada segala isu keruntuhan akhlak remaja yang berkaitan dengan jenayah seks?

Jika diperhatikan dengan teliti, jenayah seks atau salah laku seks berlaku disebabkan oleh gejolak naluri yang tidak terkawal lalu mengatasi kewarasan akal, seterusnya membawa impak yang lebih dahsyat, iaitu terjadinya pembunuhan bayi. Persoalan seterusnya ialah adakah gejolak naluri seks ini dapat diselesaikan dengan adanya pengajaran pendidikan seks di sekolah, atau hanya akan membawa kepada gejolak naluri yang lebih besar lagi?

Sebagaimana yang telah dikupas dalam FU yang lalu, di negara Barat, penekanan kepada pendidikan seks yang diajar di sekolah-sekolah adalah lebih kepada aspek teknikal seperti bagaimana mengelakkan kehamilan dalam kalangan wanita melalui penggunaan kondom ketika melakukan hubungan seks.

Statistik di Barat juga telah membuktikan (melalui keluaran FU yang lalu) bahawa langsung tidak menunjukkan adanya penurunan kadar remaja yang melakukan seks bebas, malah lebih tinggi setelah pendidikan seks diperkenalkan. Jadi, apakah jaminan yang ada untuk mengatakan bahawa hal yang sama tidak akan berlaku di negara ini? Jika acuan penyelesaian daripada Barat yang diguna pakai, mustahil hasilnya nanti sesuatu yang berbeza daripada acuannya. Justeru, tidak keterlaluan jika dikatakan bahawa sebenarnya pendidikan seks diperkenalkan bagi menggalakkan remaja melakukan seks tetapi dengan cara yang selamat!

Justifikasi yang menyelamatkan?


Berbalik kepada persoalan yang dikemukakan di awal tadi bahawa salah satu punca kepada masalah sosial ini ialah kurangnya nilai moral dan etika dalam kalangan remaja. Justeru, secara teorinya subjek PKRS yang telah digarapkan, dilihat sebagai satu cara konstruktif yang akan membantu serta mendidik moral dan etika, seterusnya membentuk generasi pewaris bangsa dan negara. PKRS dianggap dapat membantu pelajar memahami konsep, seterusnya membentuk kekuatan dalaman yang sangat konstruktif agar para pelajar akan lebih bijak memilih dan membuat keputusan yang terbaik untuk dirinya.

Inilah satu konsep yang terlahir daripada idea kebebasan bertindak dan bertingkah laku yang merupakan slogan utama dalam mana-mana negara yang mengamalkan prinsip-prinsip demokrasi. Sedangkan pada hakikatnya, moral dan etika hanyalah pegangan dan peraturan yang sangat rapuh. Moral dan etika seseorang juga cenderung untuk berubah mengikut masa dan persekitaran. Sebelum membuat apa-apa kesimpulan, kita fahami terlebih dahulu apa yang dimaksudkan dengan moral dan etika tersebut.

Mengikut definisi daripada Wikipedia Bahasa Melayu, ‘prinsip moral atau moral’ (daripada bahasa Latin: moralitas) membawa pengertian ajaran atau pegangan berkenaan dengan buruk baik sesuatu perbuatan (kelakuan, kewajipan, dll). Dengan kata lain, moral merupakan sikap atau cara berkelakuan yang diukur dari segi baik buruk sesuatu akhlak.

Moral merujuk kepada konsep etika kemanusiaan yang digunakan dalam beberapa konteks, iaitu: hati nurani individu - sistem prinsip dan pertimbangan - adakalanya dipanggil nilai moral - yang dikongsi dalam sesuatu komuniti kebudayaan, keagamaan, kesekularan atau kefalsafahan atau prinsip moral tingkah laku. Moral peribadi mentakrifkan dan membezakan niat, motivasi, atau tindakan yang betul dan yang salah, sebagaimana yang diajarkan, dilahirkan, atau dikembangkan dalam diri setiap individu. [http://ms.wikipedia.org/wiki/Moral]

Manakala ‘etika’ pula berasal daripada bahasa Greek kuno, iaitu ‘falsafah moral’ yang merupakan salah satu cabang utama falsafah yang merangkumi kelakuan betul dan kehidupan baik. Konsep etika adalah lebih luas daripada sekadar menganalisis apa yang betul dan salah seperti yang sering difahami. Antara aspek utama etika ialah ‘kehidupan baik’, iaitu kehidupan yang bernilai atau memuaskan yang dianggap lebih penting daripada tingkah laku moral oleh banyak ahli falsafah. Antara isu utama dalam etika ialah pencarian summum bonum, iaitu ‘kebaikan yang terbaik’. Tindakan yang betul dikatakan mengakibatkan kebaikan terbaik, manakala tindakan tidak bermoral dikatakan menghalangnya menemui kebaikan terbaik.

Kamus Oxford mendefinisikan etika (ethic) sebagai akhlak, tatasusila atau kesusilaan [Kamus Dwibahasa Oxford Fajar, 2004]. Etika dan konsep-konsep moral saling berkaitan seperti kebaikan, kejahatan, benar, salah, kewajipan, tanggungjawab, keadilan; iaitu analisis konsep-konsep seperti ini dan justifikasi pertimbangan (pernyataan, dakwaan) yang melibatkan konsep-konsep tersebut. Etika adalah teori tentang tingkah laku yang betul dalam kehidupan yang baik bukannya amalan. Etika mengkaji fakta, menganalisisnya dan merumuskan apakah tingkah laku yang sebetulnya. Etika tidak berpegang pada apa yang dinamakan ‘tanzil Tuhan’ atau ‘wahyu Tuhan’ terhadap jawapan akhir atau menyelesaikan isu-isu moral tertentu. Etika juga amat berbeza dengan agama.

Apa yang dapat disimpulkan daripada definisi yang diberikan? Bukankah sudah terang lagi bersuluh bahawa definisi-definisi yang diberikan langsung tidak berteraskan kepada ajaran Islam yang syumul. Islam memandang akhlak dan budi pekerti manusia mestilah berlandaskan ajaran Islam. Sesungguhnya Rasulullah Sallallahu Alaihi wa Sallam adalah contoh peribadi yang mempunyai akhlak yang paling tinggi sehingga ketika Saidatina 'Aisyah Radhiyallahu 'Anha ditanya tentang akhlak dan sifat Baginda Sallallahu Alaihi wa Sallam, maka beliau menjawab, "Akhlak Rasulullah S.A.W itu adalah Al-Qur'an" [HR Muslim].

Oleh itu, jika kita fikirkan secara rasional, apakah benar PKRS yang dicanang dapat membentuk moral dan etika yang mampu memberi kesejahteraan kepada anak-anak sebagai pewaris generasi umat yang mulia? Apakah moral dan etika yang digarap melalui silibus PKRS itu mampu membunuh penularan virus dan wabak penyakit sosial ini secara tuntas atau cuma penyelesaian yang bersifat sesaat?

Yang pastinya, moral dan etika itu berbeza mengikut masyarakat atau ideologi sesebuah masyarakat. Perkara yang paling nyata sekali ialah pelanggaran terhadap prinsip moral dan etika tidak akan membawa kepada apa-apa bentuk hukuman, lalu bagaimana prinsip ini mampu menjamin kesalahan yang sama tidak akan berulang? Perlanggaran prinsip moral dan etika hanya akan dianggap sebagai pelanggaran terhadap prinsip moral dan etika semata-mata dan bukan suatu pelanggaran terhadap satu pegangan, anutan ataupun ideologi yang sepatutnya menjadi pasak kepada setiap tatacara kehidupan individu. Jadi, bagaimana etika dan moral dikatakan dapat membantu membendung gejala yang semakin parah ini?

Islam pasti menyelesaikan!


Aqidah Islam merupakan satu konsep ‘pegangan’ yang sangat kukuh. Islam merupakan jawapan terhadap segala masalah yang mengatur kehidupan manusia. Doktor Samih Athif Az- Zein dalam kitabnya Al Islam Wa Idiyolojiyyah Al insan mendefinasikan Islam itu sebagai satu agama yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad Sallahu Alaihi wa Sallam yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, dirinya dan sesama manusia.

Definasi ini amat mendasar dan sangat bertepatan dengan firman Allah yang bermaksud: “Pada hari ini telah Aku sempurnakan bagimu agamamu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku ke atasmu dan Aku reda Islam itu sebagai agamamu.” [TMQ al-Maidah (5):3]
Jelaslah betapa Islam itu memiliki segala penyelesaian kepada segala aspek manusiawi. Aqidah Islam juga dapat mendidik manusia memahami dan mencegah daripada melakukan sesuatu yang menjadi larangan Allah Subhanahu wa Ta’ala, malah kita sering diperingatkan bahawa setiap perbuatan yang dilakukan itu pasti akan diminta pertanggungjawaban dan pasti akan dihukum atas tanggungjawab melanggar perintah Allah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, maksudnya, “…kemudian tiap-tiap diri akan diberi pembalasan tentang apa yang ia kerjakan dengan (pembalasan) setimpal, sedang mereka tidak dianiaya.” [TMQ ali-‘Imran (3):161].

Aqidah Islam merupakan suatu aqidah yang sangat agung kerana ia merupakan satu pemikiran menyeluruh berkaitan dengan alam, manusia dan kehidupan, serta hubungan semuanya dengan sebelum kehidupan (Allah Subhanahu wa Ta’ala) dan selepas kehidupan (hari Kiamat), serta tentang hubungan kesemuanya dengan sebelum dan setelah kehidupan (hukum syara’ dan hisab)….” (Islam, politik dan Spiritual- Hafidz Abdurrahman [edisi Bahasa Malaysia]-1998).

Khatimah


Konsep Islam yang sangat cantik dan praktikal, iaitu mengaitkan diri manusia itu dengan alam sebelum kehidupan, semasa kehidupan dan alam selepas kehidupan serta kewujudan Pencipta (Allah Subhanahu wa Ta’ala) dan bagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menetapkan peraturan dan penyelesaian terhadap segala persoalan akan membentuk suatu pemikiran unggul yang membina jati diri hebat yang sangat didambakan pada masa sekarang. Ini kerana ia akan dapat membentuk manusia yang tegar pada aturan daripada Penciptanya kerana tanpa Pencipta tiadalah dia di dunia. Manusia yang memahami konsep aqidah Islam juga akan merasa takut untuk melakukan kesalahan dan pelanggaran terhadap perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Oleh yang demikian konsep pendidikan seks dalam Islam memang berkait rapat dengan aqidahnya. Pendidikan seks yang berkonsepkan Islam mesti berteraskan pada kepercayaan kita kepada Allah dan rukun iman lain. Memberi kesedaran tentang masalah dan menghimpunkan kekuatan mencegah jenayah juga menutup peluang berlakunya jenayah. Seterusnya bakal melahirkan bentuk pendidikan yang sangat berkesan dan praktikal bersesuaian dengan kehendak Pencipta.

Masyarakat yang dapat mendidik anggotanya menjalani kehidupan seksual yang harmoni akan mampu mewujudkan kehidupan sejahtera. Pendidikan seksual dalam Islam adalah satu proses memberi pengajaran, kesedaran serta penerangan mengenai masalah seksual kepada anak daripada kecil hingga dewasa. Jadi sebenarnya konsep pendidikan seks perlu dilakukan secara sistematik menurut Islam secara sempurna dan merangkumi segala aspek ketuhanan secara total. Umat Islam seharusnya sedar hakikat bahawa Islam adalah the way of life (cara hidup) iaitu agama yang mengatur dan menyelesai segala masalah kehidupan manusia. Virus serta racun Kapitalisme yang telah menyerap masuk dalam segenap saraf umat Islam itulah yang menyebabkan umat Islam hilang daya tahan penyakit wahn!

“Manusia akan suatu masa nanti menyeru sesama mereka untuk menyerang kalian seperti orang-orang yang mengelilingi hidangan”. Ada yang bertanya, “Adakah ini berlaku kerana bilangan kami yang kecil ketika itu?”.SAW menjawab,“ Tidak, bahkan jumlah kalian banyak namun kalian adalah seperti buih-buih yang dibawa air. Allah mengangkat kegerunan musuh terhadap kalian dari dada-dada mereka dan mencampakkan penyakit wahn ke dalam jiwa-jiwa kalian”. Ada yang bertanya, “Wahai Rasul Allah, apakah penyakit wahn itu?”.SAW menjawab,“Cinta kepada dunia dan benci kepada kematian.” [HR Abu Daud dan Ahmad]

Wallahua’lam.

12 Januari 2013

7 Perkara Yang Merosakan Ukhuwah

Rutin mingguan dalam menyampaikan tazkirah seusai subuh setiap Ahad. Pada minggu ini sempat berkongsikan tajuk di atas dengan objektif agar dapat membantu mewujudkan suasana kondusif dan harmoni dalam kalangan pelajar. Isi kandungan pengisian menggabungkan beberapa hasil penelitian beberapa sumber yang sebenarnya menggariskan banyak perkara yang menjadi virus dalam berukhuwah. Oleh kerana perlu disesuaikan dengan masa yang ada, hanya sempat mengulas 7 perkara sahaja. Sebarang komen boleh dilanjutkan di sini.
 
 
Mukaddimah
 
"Sebenarnya orang-orang yang beriman itu adalah bersaudara, maka damaikanlah di antara dua saudara kamu ( yang bertelingkah ) itu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beroleh rahmat. " Q.S Al-Hujuraat : 10
 
" Dan Kami cabut akan apa yang ada di hati mereka dari perasaan hasad dengki sehingga menjadilah mereka bersaudara ( dalam suasana kasih mesra ), serta mereka duduk berhadap-hadapan di atas pelamin masing-masing." Q.S Al-Hijr : 47
 
Berapa banyak kehidupan yang berubah menjadi keras ketika ikatan persaudaraan telah pupus, ketika sumber-sumber kecintaan kerana Allah telah kering, ketika individualisme telah menggeser nilai-nilai persaudaraan, saat itu setiap individu berada dalam kehidupan yang sukar, merasa terpisah menyendiri dari masyarakatnya.
 
Kebanyakan manusia pada umumnya, perilaku mereka telah tercemar oleh perkara-perkara yang dapat merosakkan persaudaraan, yang terkadang mereka menyedari perkara tersebut, dan terkadang tidak menyedarinya. Oleh sebab itu, kami akan mencuba memaparkan beberapa perkara yang dapat merosakkan persahabatan dan persaudaraan. Sebelumnya, akan kami kemukakan terlebih dahulu beberapa hadith dan perkataan para ulama' salaf mengenai hubungan persaudaraan.
 
Dalam sebuah hadith yang menerangkan tentang tujuh golongan yang akan mendapat naungan Allah di hari tiada naungan kecuali naungan Allah, Rasulullah menyebutkan salah satu di antaranya adalah,
" Dan dua orang lelaki yang saling mencintai kerana Allah, mereka berkumpul dan berpisah keranaNya. " HR Bukhari dan Muslim
 
Dan di dalam sebuah hadith qudsi, Allah berfirman;
" Orang-orang yang saling mencintai keranaKu, berhak atas kecintaanKu " HR Malik dan Ahmad
 
Muhammad bin Munkadir ketika ditanya tentang kenikmatannya dalam kehidupan ini, beliau menjawab, " Ketika bertemu dengan saudara-saudara ( sahabat-sahabat ), dan membahagiakan mereka."
 
Al-Hasan berkata, " Kami lebih mencintai sahabat-sahabat kami dari pada keluarga kami, kerana sahabat-sahabat kami mengingatkan kami akan kehidupan akhirat, sedangkan keluarga kami mengingatkan kami akan kehidupan dunia."
 
Khalid bin Shafwan berkata, " Orang yang lemah adalah yang sedikit menjalin persaudaraan. "
Perhatikanlah beberapa perkataan di atas, baik dari ayat-ayat Allah, hadith, mahupun perkataan para ulama, kemudian lihatlah pada kenyataan tentu akan menunjukkan kebenarannya. Siapakah yang menolongmu untuk mampu tetap teguh memegangi hidayah? Siapakah yang meneguhkan kamu untuk tetap istiqamah? Siapakah yang menemani kamu ketika dirundung bencana dan malapetaka? Kerana itu Umar pernah berkata, " Bertemu dengan para ikhwan dapat menghilangkan kegalauan dan kesedihan hati. "
 
Jika demikian, bagaimana mungkin seorang yang berakal akan mengesampingkan ukhuwah dan lebih memilih kehidupan yang kacau dan hingar bingar.
 
Perkara-Perkara Yang Dapat Merosakkan Ukhuwah, Di Antaranya Adalah :
 
1. Tamak Dan Rakus Terhadap Dunia, Terhadap Apa-Apa Yang Dimiliki Orang Lain.
Rasulullah SAW. Bersabda;
" Zuhudlah terhadap dunia, Allah akan mencintai kamu. Zuhudlah terhadap apa yang dimiliki oleh manusia, mereka akan mencintai kamu. " HR Ibnu Majah
Jika kamu tertimpa musibah, mintalah musyawarah kepada saudaramu dan jangan meminta apa yang engkau perlukan. Sebab jika saudara atau temanmu itu memahami keadaanmu, ia akan terketuk hatinya untuk menolongmu, tanpa harus meminta atau menitiskan airmata.
 
2. Maksiat Dan Meremehkan Ketaatan.
Jika di dalam pergaulan tidak ada nuansa zikir dan ibadah, saling menasihati, mengingatkan dan memberi pelajaran, bererti pergaulan atau ikatan persahabatan itu telah gersang disebabkan oleh kerasnya hati dan perkara ini boleh mengakibatkan terbukanya pintu-pintu kejahatan sehingga masing-masing akan saling menyibukkan diri dengan urusan yang lain. Padahal Rasulullah SAW bersabda;
" Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain, tidak menzaliminya dan tidak menghinakannya. Demi Zat yang jiwa Muhammad ada ditanganNya, Tidaklah dua orang yang saling mengasihi, kemudian dipisahkan antara keduanya kecuali hanya kerana satu dosa yang dilakukan oleh salah seorang dari keduanya. " HR Ahmad
 
Ibnu Qayim, dalam kitab "Al-Jawabul Kafi" mengatakan, " Di antara akibat dari perbuatan maksiat adalah rasa gelisah ( takut dan sedih ) yang dirasakan oleh orang yang bermaksiat itu untuk bertemu dengan saudara-saudaranya. "
 
Orang-orang ahli maksiat dan kemungkaran, pergaulan dan persahabatan mereka tidak dibangun atas dasar ketakwaan melainkan atas dasar kebendaan sehingga akan dengan mudah berubah menjadi permusuhan. Bahkan perkara itu nanti akan menjadi beban di hari kiamat. Allah SWT berfirman;
" Pada hari itu sahabat-sahabat karib: Setengahnya akan menjadi musuh kepada setengahnya yang lain, kecuali orang-orang yang persahabatannya berdasarkan takwa ( iman dan amal soleh ). " Q.S Az-Zukhruf : 67
 
Sedangkan persahabatan kerana Allah, akan terus berlanjutan sampai di syurga;
" Dan Kami cabut akan apa yang ada di hati mereka dari perasaan hasad dengki sehingga menjadilah mereka bersaudara ( dalam suasana kasih mesra ), serta mereka duduk berhadap-hadapan di atas pelamin masing-masing. " Q.S Al-Hijr : 47
 
3. Tidak Menggunakan Adab Yang Baik (Syar'i) Ketika Berbicara.
Ketika berbicara dengan saudara atau kawan, hendaknya seseorang memilih perkataan yang paling baik. Allah berfirman;
" Dan katakanlah ( wahai Muhammad ) kepada hamba-hambaKu ( yang beriman ), supaya mereka berkata dengan kata-kata yang amat baik ( kepada orang-orang yang menentang kebenaran ); sesungguhnya Syaitan itu sentiasa menghasut di antara mereka ( yang mukmin dan yang menentang ); sesungguhnya Syaitan itu adalah musuh yang amat nyata bagi manusia. " Q.S Al-Israa? : 53
 
Dalam sebuah hadith Nabi SAW bersabda;
" Kalimah thayibah adalah shadaqah. " HR Bukhari
 
4. Tidak Memperhatikan Apabila Ada Yang Mengajak Berbicara Dan Memalingkan Muka Darinya.
Seorang ulama salaf berkata, " Ada seseorang yang menyampaikan hadith sedangkan aku sudah mengetahui perkara itu sebelum ia dilahirkan oleh ibunya. Akan tetapi, akhlak yang baik membawaku untuk tetap mendengarkannya hingga ia selesai berbicara. "
 
5. Banyak Bercanda Dan Bersenda Gurau.
Berapa ramai orang yang putus hubungan satu sama lainnya hanya disebabkan oleh canda dan senda gurau.
 
6. Banyak Berdebat Dan Berbantah-Bantahan.
Terkadang hubungan persaudaraan terputus kerana terjadinya perdebatan yang sengit yang boleh jadi itu adalah tipuan syaitan. Dengan alasan mempertahankan aqidah dan prinsipnya padahal sesungguhnya adalah mempertahankan dirinya dan kesombongannya. Rasulullah SAW bersabda;
" Orang yang paling dibenci di sisi Allah adalah yang keras dan besar permusuhannya. " HR Bukhari dan Muslim
 
Orang yang banyak permusuhannya adalah yang suka mengutarakan perdebatan, perbalahan dan pendapat. Tetapi debat dengan cara yang baik untuk menerangkan kebenaran kepada orang yang kurang faham, dan kepada ahli bid`ah, perkara itu tidak bermasalah. Tetapi, jika sudah melampaui batas, maka perkara itu tidak diperbolehkan. Bahkan jika perdebatan itu dilakukan untuk menunjukkan kehebatan diri, perkara itu malah menjadi bukti akan lemahnya iman dan sedikitnya pengetahuan.
 
Jadi, boleh juga dengan perdebatan ini, tali ukhuwah akan terurai dan hilang. Sebab masing-masing merasa lebih lebih kuat hujjahnya dibanding yang lain.
 
7. Berbisik-Bisik ( Pembicaraan Rahsia )
Berbisik-bisik adalah merupakan perkara yang remeh tetapi mempunyai pengaruh yang dalam bagi orang yang berfikiran ingin membina ikatan persaudaraan.
Allah SWT berfirman;
" Sesungguhnya perbuatan berbisik ( dengan kejahatan ) itu adalah dari ( hasutan ) Syaitan, untuk menjadikan orang-orang yang beriman berdukacita; sedang bisikan itu tidak akan dapat membahayakan mereka sedikitpun melainkan dengan izin Allah; dan kepada Allah jualah hendaknya orang-orang yang beriman berserah diri. " Q.S Al-Mujaadalah : 10
 
Rasulullah bersabda;
" Jika kalian bertiga, maka janganlah dua orang di antaranya berbisik-bisik tanpa mengajak orang yang ketiga kerana itu akan dapat menyebabkannya bersedih. " HR Bukhari dan Muslim
 
Para ulama berkata, " Syaitan akan membisikkan kepadanya dan berkata, ' Mereka itu membicarakanmu'." Maka dari itu para ulama mensyaratkan agar meminta izin terlebih dahulu jika ingin berbisik-bisik ( berbicara rahsia ).
 
Wallahu alam Bisshawab

08 Januari 2013

Keperluan Mempelajari Sirah Nabawi.

Kutipan tulisan ini sempena permulaan siri kuliah sirah untuk tahun ini. Sekadar ingin kongsikan apa yang telah disampaikan dalam kuliah Inspirasi Rabbani.

Tujuan kita mempelajari Sirah Nabi adalah bukan sekadar untuk mengetahui kejadian-kejadian bersejarah yang telah dilalui oleh nabi kita Muhammad sebagaimana kita mempelajari teks-teks sejarah lain.Di sana terdapat tujuan-tujuan yang lebih penting untuk kita mempelajari sirah Rasululullah. Apabila menghayati sirah nabi, seseorang islam itu akan lebih memahami hakikat Islam. Ini kerana hakikat Islam itu sendiri keseluruhannya terkandung dalam keperibadian Rasulullah dan seluruh perjalanan hidupnya.

Di antara objektif utama kita menghayati sirah Rasululullah boleh disimpulkan seperti berikut:

1. Memahami syakhsiah peribadi Nabi Muhammmad SAW melalui riwayat hidupnya dan suasana yang dialami dalam hidupnya. Dengan menghayati syakhsiah dan kehidupan ini dapat menguatkan keyakinan kita bahawa Nabi Muhammad bukan sahaja pintar di kalangan kaumnya bahkan telah di bantu oleh bantuan wahyu yang telah diturunkan kepadanya dari sisi Allah yang maha kuasa.

2. Supaya manusia seluruhnya dapat menjadikan Nabi sebagai suri tauladan ataupun role model yang paling utama dalam setiap aspek kehidupan. Menjadikan kehidupan rasul sebagai ikutan tanpa ragu dan syak. Kalaulah manusia mencari seseorang yang boleh menjadi role model lengkap dalam setiap aspek kehidupan, mereka tidak akan menjumpainya melainkan ianya wujud dalam diri nabi Muhammad. Oleh sebab itulah Allah telah menyifatkan baginda sebagai Qudwah hasanah (contoh tauladan) bagi seluruh manusia sebagaimana firman Allah dalam surah Al Ahzab ayat ke 21:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Demi sesungguhnya, adalah bagi kamu pada diri Rasulullah itu contoh ikutan yang baik, iaitu bagi orang yang sentiasa mengharapkan (keredaan) Allah dan (balasan baik) hari akhirat, serta ia pula menyebut dan mengingati Allah banyak-banyak (dalam masa susah dan senang)

3. Penghayatan Sirah Nabi memudahkan kita memahami dan menghayati kandungan kitab suci (al-Quran) dan dapat merasai kemanisan dan kehendak al-Quran. Ini kerana terdapat banyak ayat-ayat al-Quran yang menceritakan kejadian dan peristiwa yang telah dialami oleh Rasulullah dan bagaimana Rasulullah menghadapinya.

4. Seorang Muslim dapat mengumpul sebanyak mungkin maklumat yang tepat berkaitan dengan pengetahuan islam. Maklumat dan pengetahuan ini meliputi setiap aspek yang berkaitan aqidah, hukum hakam, akhlak dan seebagainya.

5. Menjadi contoh tauladan yang paling baik kepada pendidik dan juga pendakwah Islam dalam mendidik dan menyebarkan dakwah kepada manusia. Rasulullah adalah seorang guru, pemberi nasihat dan pendidik yang tak kenal erti jemu.Baginda telah mencuba pelbagai cara yang berkesan untuk menyampaikan dakwahnya.

Sesungguhnya kehidupan Rasulullah seluruhnya adalah role model atau pun suri tauladan yang perlu kita sanjung.

1. Baginda adalah merupakan contoh yang jelas sebagai seorang remaja dan pemuda yang baik dan berakhlak mulia sehinggalah beliau digelar al amin di kalangan kaumnya.

2. Pendakwah atau pendidik yang paling cemerlang dalam menyeru umat manusia kepada Allah Taala dengan menggunakan konsep hikmah dan mauizah hasanah (peringatan dengan cara yang baik).

3. Seorang yang tidak pernah putus asa dalam dakwahnya. Telah mencuba pelbagai cara dan jalan untuk menyampaikan risalahnya.

4. Seorang ketua negara yang memegang kuasa politik yang paling tinggi. Mentadbir setiap urusan politik dengan penuh hikmah dan kebijaksanaan.

5. Seorang suami misali dalam pergaulan dengan keluarga.

6. Seorang ayah yang pengasih yang teliti dalam membezakan hak dan kewajipan bagi setiap isteri dan anak-anak.

7. Seorang ketua perang yang mahir dan penuh dedikasi.

8. Sebagai seorang muslim yang teliti dan adil dalam beribadat kepada Allah, bergaul dan bergurau dengan keluarga dan sahabat-sahabatnya.

Tidak syak lagi bahawa sesungguhnya pengahayatan Sirah Nabi adalah merupakan sesuatu yang amat penting bagi mengangkat martabat manusia dengan menjadikan contoh tauladan dan ikutan oleh pelbagai lapisan masyarakat. Kita sebagai seorang muslim diwajibkan untuk menyanjung dan mencotohi Rasulullah dalam setiap perlakuan kita seharian kerana akhlak Nabi adalah merupakan akhlak Islam. Dengan mengamalkan akhlak Nabi inilah dapat menjamin kesejahteran hidup manusia di dunia dan juga di akhirat.

Janganlah kita menjadikan orang lain sebagai contoh ikutan dalam kehidupan kita seharian. Malah lebih teruk penyakit yang melanda umat islam hari ini ialah menyanjung ahlil fussak (orang yang banyak buat maksiat pada Allah) sebagai role model dan ikutan. Bahkan mereka langsung lupa kepada junjungan besar Nabi Muhamad sallallahu alaihi wasallam.

**Artikel ini adalah adaptasi Kitab Sirah Nabawiyyah oleh Dr Said Ramadhan Al Buti